MAKALAH - Tugas Kelompok X IPA - (Teori/ Hipotesis proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu Budha di Indonesia)
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai “ TEORI HIPOTESIS MASUK DAN
BERKEMBANGNYA HINDU DAN BUDHA KE INDONESIA “
Makalah
ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Sagalaherang,
27 Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .i
Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB.I
Pendahuluan. .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .iii
BAB.II
I. Masuk dan
Berkembangnya Agama Hindu-Buddha di Indonesia. . . . . .1
II. Daerah yang di
Pengaruhi dan Tidak di Pengaruhi Unsur Hindu-Buddha di Indonesia Sampai Abad
XIV. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9
BAB.III
Penutup . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .10
Daftar Pustaka . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.11
BAB
I
PENDAHULUAN
Kebudayaan yang
berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari India. Pengaruh
itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita membandingkan
peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum
kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat
sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau
keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu.
Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan
kesastraan.
Candi Prambanan
merupakan salah satu peninggalan agama hindu yang ada di Jawa Tengah. Sedangkan
Borobudur adalah merupakan candi peninggalan agama budha. Agama hindu dan budha
masuk di berbagai tempat di Indonesia melalui berbagai jalur, antara lain
pendidikan, perdagangan, dan lain-lain. Agama budha berkembang lebih dahulu,
bahkan untuk beberapa waktu, Indonesia (sriwijaya) pernah menjad pusat
pendidikan dan pengetahuan agama budha yang bertaraf internasional
BAB
II
PEMBAHASAN
I. Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh
Hindu-Buddha ke Indonesia
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha dari India ke
Indonesia terjadi karena adanya hubungan antara bangsa Indonesia, India,dan
bangsa-bangsa lainnya di kawasan Asia Selatan ,Timur,dan Tenggara.Hubungan
tersebut terjadi melalui kegiatan politik dan diplomasi,pelayaran dan
perdagangan,pendidikan,dan kebudayaan.Melalui lalu lintas tersebut,terjadi
pertukaran barang,pengalaman,dan kebudayaan Hindu dan Buddha.
Catatan awal abad masehi mengenai kedatangan orang-orang Hindu dan Buddha dari
India ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti.Adapun hubungan antara
India,Cina,dan Indonesia berasal dari catatan orang Cina pada abad ke-5M.
Menurut catatan tersebut,agama Buddha yang masuk ke Indonesia tidak hanya
berasal dari India,tetapi juga dari Cina.Sejak awal abad masehi,Cina
mulai mengembangkan kekuasaannya ke wilayah Asia Tenggara dan membentuk
kerajaan yang berkiblat ke Cina.Penjelajah Cina yang yang paling awal
menyambut dan mengenal Jawa ialah Fa Hsien. Ia menetap selama 12 tahun di
India.Ketika dalam perjalanan pulang ke Cina,Ia Hsien beserta rombongan yang
berjumlah 100 orang,singgah di Jawa Mereka singgah selama lima bulan sejak
Desember 412 sampai Mei 413.
Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Jawa, Sumatera, Kanton (Cina), Sri
Lanka, dan Kashmir (India) dicatat pula oleh Gunawwarma. Ia adalah seorang
pangeran dari kashimir yang pernah tinggal lama di Jawa Pada 422,ia menyebarkan
Buddhisme sebelum berlayar ke Cina.Catatan singkat dari Gunawarmma ini
menunjukkan bahwa pengaruh kebudayaan India atau Cina bisa masuk melalui
hubungan pelayaran dan perdagangan antara Indonesia (Jawa) dan negeri-negeri di
Asia Tenggara,Timur,dan Selatan.
Van Leur dan Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang
antara India dan Indonesia lebih dahulu berkembang dibandingkan hubungan
perdagangan antara Indonesia dan Cina. Bukti keterlibatan Indonesia dalam
perdagangan mancanegara banyak kita dapati dari sumber-sumber luar negeri dan
dalam negeri, seperti berikut.
I.I Berita dari Cina
Berita
dari Cina yang memuat keterlibatan bangsa Indonesia dalam perdagangan
internasional, antara lain sebagai berikut :
a.
Catatan Dinasti Han,
Dinasti Sung, Dinasti Yuan, dan Dinasti Ming, menjelaskan bahwa sejak awal
tahun masehi telah terjadi hubungan dagang antara Cina dan Indonesia . Hubungan
dagang itu terbukti dari banyaknya barang-barang keramik (porselen) Cina yang
ditemukan di Indonesia.
b.
Fa-Hien, seorang
musafir yang singgah di To-lo-mo selama lima bulan dalam perjalannya dari India
ke Cina. Kemungkinan yang dimaksud dengan Tolomo adalah Kerajaan Tarumanegara
yang muncul di Jawa Barat pada sekitar abad ke-5M.
c.
I-Tsing, seorang
peziarah dan rahib Buddha. Dalam catatannya, ia menuliskan kesan tentang
Kerajaan Sriwijaya sebagai salah satu pusat agama Buddha di asia pada abad ke-7
M.
I.2 Berita dari India
Berita tertua terdapat dalam kitab Ramayana yang menyebutkan bahwa Dewi Sinta
diculik oleh Rahwana, Hanoman mencarinya sampai ke Javadwipa (Jawa). Sumber
lain berasal dari Piagam Nalanda yang menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya
memegang peran kunci untuk masuk ke wilayah nusantara.
I.3. Berita dari Arab
Para saudagar dan ahli-ahli geografi bangsa Arab menulis tentang Indonesia
sejak abad ke-6 M. mereka sering menyebut kerajaan bernama Zabag atau Sribusa.
Kemungkinan yang dimaksud dengan Zabag atau Sribusa inii adalah Kerajaan
Sriwijaya. Zabag atau Sribusa terkenal sebagai salah satu pusat perdagangan dan
negeri yang kaya akan emas.
Jalur masuk berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia
mengikuti jalur pelayaran perdagangan yang berkembang pada saat itu yang
menghubungkan India, Indonesia dan Cina. Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
masuk ke indonesia melalui Selat Malaka, Laut Jawa, dan Selat Makassar, namun
ada juga yang melalui Laut sebelah barat Sumatra, Selat Sunda, Laut Jawa, dan
Selat Makassar.
Proses masuknya dan berkembangnya pengaruh India di Indonesia disebut
penghinduan atau Hinduisasi. Adapun hippotesis yang dikemukakan para
ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia, antara lain
sebagai berikut .
a. Hipotesis Kesatria
Hipotesis Kesatria diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens Baliari, yang
berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum kesatria
atau golongan prajurit. Diduga karena adanya kekacauan politik atau peperangan
di India pada abad ke-4 M atau ke-5 M maka prajurit yang kalah terdesak dan
menyingkir ke Indonesia. Bahkan diduga mereka mendirikan kerajaan di Indonesia.
b. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya bahwa pembawa masuk kebudayaan India ke
Indonesia adalah para pedagang. Para pedagang banyak berhubungan dengan para
penguasa dan rakyatnya. Bahkan diduga ada diantara mereka yang menikah dan
menetap di Indonesia. Jalinan hubungan ini membuka peluang bagi proses
penyebaran budaya India. Pendukung hipotesis ini salah satunya adalah N.J.Krom.
c. Hipotesis Brahmana
Hipotesis brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama
Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum brahmana karena hanya kaum
brahmanalah yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda.
Kedatangan kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan penguasa/kepala suku
di Indonesia atau mereka sendiri yang sengaja datang untuk menyebarkan agama
Hindu ke Indonesia.
d. Hipotesis Sudra
Von Van Faber
mengungkapkan bahwa peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan
sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan
mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudra yang
memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke nusantara.
e. Hipotesis Arus balik
Teori
ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia mengemukakan peranan bangsa Indonesia
sendiri dalam penyebaran dan pengembangan
agama hindu. Penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh kaum
terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India, di Indonesia
terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal dengan sangha. Mereka giat
mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis. Mereka
kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India. Sekembalinya ke
Indonesia mereka mengembangkan agama dan kebudayaan tersebut. Hal ini bisa
diliat dari peninggalan dan budaya yang memiliki corak keindonesiaan.
Pada dasarnya semua teori tersebut
memiliki kelemahan. Golongan Kesatria, Waisya dan terlebih Sudra tidak
menguasai bahasa Sanskerta. Padahal bahasa Sanskerta adalah bahasa sastra
tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Golongan Brahmana walaupun
menguasai bahasa Sanskerta menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh
menyebrangi laut.
Berdasarkan peranan bangsa Indonesia dalam penyebaran agama Hindu dan Buddha
maka terdapat dua sikap, yaitu bersikap pasif dan bersikap aktif. F.D.K.Bosh
menyebutnya sebagai hipotesa arus balik. Adapun penjelasannya sebagai
berikut.
a.
Bangsa
Indonesia Bersikap Pasif
Pihak yang dianggap sebagai penyebar kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia
adalah kaum Brahmana dari India. Alasannya pengaruh budaya India yang
berkembang di Indonesia memperlihatkan unsur-unsur brahmana. Misalnya, prasasti
dan agama Hindu. Prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Sanskerta dan dengan
huruf Pallawa. Padahal bahasa dan tulisan itu hanya dimengerti oleh kaum
brahmana. Selain itu, pengaruh kebudayaan Hindu tampak jelas pada perkembangan
agama Hindu di Indonesia. Urusannya keagamaan merupakan tanggung jawab kaum
Brahmana.
b.
Bangsa
Indonesia Bersikap Aktif
Pihak yang berperan sebagai penyebar kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia
adalah para pedagang dan Brahmana Indonesia. Para pedagang Indonesia pergi
berdagang ke India dan melihat sendiri keadaan di tempat itu. Mereka tertarik
dengan keteraturan masyarakat dan keunggulan budaya India. Terdorong untuk
memajukan negrinya di Indonesia, maka para pedagang tersebut mengundang
brahmana ini ke Indonesia untuk memperkenalkan kebudayaan Hindu-Buddha.
Kedatangan para brahmana India ke Indonesia lama-kelamaan menimbulkan kelompok
masyarakat baru. Brahmana India pun membina para brahmana Indonesia.
Selanjutnya, para brahmana Indonesia pergi berziarah, para Brahmana itu juga
memperdalam ilmu pengetahuan mereka. Setelah dirasa cukup maka mereka kembali
ke Indonesia dan mulai menyebarkan sesuai dengan kondisi bangsa
Indonesia.
Dengan cara-cara seperti itu maka budaya Hindu-Buddha masuk dan diterima oleh
bangsa Indonesia.
Jadi, hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut
Hindu-Buddha ke Indonesia. Beberapa hipotesis diatas menunjukan bahwa masuknya
pengaruh Hindu-Buddha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah, namun
tetap didukung oleh proses perdagangan. Untuk agama Buddha diduga adanya misi
penyiar agama Buddha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan
abad ke-2 masehi agama Buddha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
adanya penemuan arca Buddha yang terbuat dari perunggu di berbagai daerah di
Indonesia, antara lain Sempaga (Sulawesi Selatan), Jember (Jatim), Bukit
Siguntang (Sumatra Selatan). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari
langgam Amarawati (India Selatan) dari abad ke-2 sampai dengan ke-5 masehi.
Disamping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di
kota Bangun, Kutai (Kaltim). Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha tidak begitu saja
diterima oleh bangsa Indonesia, melainkan tetap mengalami seleksi.
Hal itu disebabkan bangsa Indonesia sendiri
pada saat itu juga telah memiliki kebudayaan sendiri yang juga telah
berkembang. Selain itu, ada beberapa penyebab unsur budaya Hindu-Buddha dapat
diterima masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a.
Masyarakat Indonesia
memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya budaya
asing di Indonesia menambah perbendaharaan dan saling mengisi dengan budaya
Indonesia.
b.
Kecakapan khusus
bangsa Indonesia disebut dengan local genius, yaitu kecakapan suatu
bangsa dalam menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur
tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke
Indonesia menimbulkan akulturasi kebudayaan dengan kebudayaan bangsa Indonesia.
Adapun wujud akulturasi itu , seperti berikut.
a. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan
bahasa Sanskerta yang dapat ditemukan sampai sekarang di mana bahasa Sanskerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sanskerta pada awalnya
banyak ditemukan pada prasasti (batu tertulis) peninggalan kerajaan
Hindu-Buddha (5-7M) contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan
kerajaan Tarumanegara. Pada perkembangan selanjutnya bahasa Sanskerta
digantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti
peninggalan Kerajaan Sriwijaya (7-13M).
b. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha
masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada animisme dan
dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia, masyarakat
Indonesia mulai menganut atau mempercayai agama –agama tersebut. Agama Hindu
dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan
kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami sinkritisme
(bagian dari proses akulturasi yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang
berbeda menjadi satu). Itu sebabnya agama Hindu dan Buddha yang berkembang di
Indonesia, berbeda dengan agama Hindu –Buddha yang dianut oleh masyarakat
India. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang
diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya,
upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, ternyata upacara tersebut
tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
c. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat
dalam organisasi politik, yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di
Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan
India tersebut maka sIstem pemerintah yang berkembang di Indonesia adalah
bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa
keramat sehingga rakyat sangat memuja raja tersebut. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya raja-raja yang memerintah singasari, seperti kertanegara
diwujudkan sebagai Bairawa, dan Raden Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai
Harihara (Dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan seorang raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan
turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah.
Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra
mahkota seperti yang terjadi di kerajaan majapahit, pada waktu pengangkatan
Wikramawardana. Wujud akulturasi disamping terlihat alam sistem pemerintahan
juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat
berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan hindu terdiri atas kasta Brahmana
(golongan pendeta), kasta Kesatria (golongan prajurit dan
bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang), dan kasta Sudra
(golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia,
tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India. Hal itu
dikarenakan kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan,
sedangkan di Indonesia tidak demikian. Di Indonesia kasta hanya diterapkan
untuk upacara keagamaan.
d. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya, yaitu
perhitunganwaktu berdasarkan kalender tahun Saka, yaitu tahun dalam kepercayaan
Hindu. Menurut perhitungan, satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan
tahun Saka dan tahun Masehi adalah 78 tahun. Sebagai contoh tahun Saka 654 maka
tahun Msehinya 654 + 78 = 732 M.
Disamping adanya pengetahuan tentang
kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan candrasangkala.
Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai
angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di Pulau
Jawa dan menggunakan kalimat bahasa Jawa. Salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna
ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang
= 0, kertaning = 4, dan bhumi = 1 maka kalimat tersebut diartikan
dari belakang, yaitu sama dengan tahun 1400 Saka atau sama dengan 1478 M yang
merupakan tahun runtuhnya Majapahit.
e. Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam
seni bangunan candi. Seni bangunan candi tersebut memang mengandung unsur
budaya India, tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan
candi-candi yang ada di India karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur
teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab
Silpasastra, yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk
untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu, dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat
perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia punden berundak-undak yang
merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum dan berfungsi
sebagai tempat pemujaan. Adapun fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia
sesuai dengan asal kata “candi” tersebut. Perkataan “candi” berasal dari kata
“candika” yang merupakan salah satu nama Dewi Durga atau dewi maut sehingga
candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat, khususnya
raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Disamping
itu dalam bahasa Kawi, candi berasal dari kata “cinandi” artinya yang
dikuburkan. Untuk itu, yang dikuburkan di dalam candi bukanlah mayat atau abu
jenazah melainkan berbagai macam benda yang yang menyangkut lambang jasmaniah
raja yang disimpan dalam pripih.
Dengan demikian, fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap
roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat
dari adanya lambang jasmaniah raja, sedangkan fungsi candi di India adalah
untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang
terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
Untuk candi yang bercorak Buddha fungsinya sama dengan di India, yaitu untuk
memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa
Untuk candi Buddha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa
merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan
demikian, seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena
Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar
ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.
f. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dalam bidang seni dari seni
rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud
akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar
timbul pada candi banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan
dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha.
Gambar relief pada candi Borobudur ada yang menggambarkan Buddha sedang digoda
oleh mara yang menari-nari diiringi gendang. Relief ini mengisahkan riwayat
hidup sang Buddha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara.
Demikian pula halnya dengan candi-candi Hindu. Relief-reliefnya yang juga
mengambil kisah yang terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana
yang digambarkan melalui relief candi Prambanan ataupun candi Panataran.
Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia
juga mengambila kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang
digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam
ataupun masyarakat Indonesia. Dengan demikian, terbukti bahwa Indonesia tidak
menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan
keadaan dan suasana di Indonesia.
Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu
cerita/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana
yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Keduan
kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Akan tetapi, setelah
berkembang di Indonesia tidak sama seperti aslinya dari India karena sudah
disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia ke dalam bahasa Jawa Kuno.
Tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh
Punokawan, seperti Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng. Bahkan, dalam kisah
Bharatayudha yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang
antara Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari
Kediri melawan Jenggala.
Disamping itu juga kisah Ramayana ataupun Mahabarata diambil sebagai suatu
cerita dalam seni pertunjukan di Indonesia, yaitu salah satunya pertunjukan
wayang. Seni petunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia
sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama
oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut
terlihat dari pengambilan lakon cerita dari kisah Ramayana ataupun Mahabarata
yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena
sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari
karakter atau perilaku tokoh-tokoh cerita, misalnya dalam kisah Mahabarata
keberadaan tokoh durna, dalam cerita aslinya durna adalah seorang mahaguru bagi
Pendawa dan Kurawa dan berprilaku baik, tetapi dalam lakon Indonesia durna
adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.
II. Daerah yang dipengaruhi dan tidak di
pengaruhi unsur hindu-buddha di Indonesia sampai abad XIV
Masuknya
unsur Hindu-Buddha ke Indonesia berlangsung dengan damai, bertahap, dan
berkelanjutan. Hampir semua wilayah Indonesia menerima pengaruh Hindu dan
Buddha, kecuali wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
II.1 Wilayah yang dipengaruhi unsur-unsur Buddha di Indonesia
Bukti-bukti
peninggalan yang dapat menjelaskan keberadaan pengaruh Buddhisme di Indonesia
adalah penemuan arca perunggu Buddha sempaga (Sulawesi selatan). Dilihat dari
bentuknya, arca ini mempunyai bentuk sama dengan arca yang dibuat di Amarawati
(India). Para ahli menduga arca tersebut merupakan barang dagangan ataupun
benda persembahan. Tidak hanya di daerah Sempaga saja, beberapa tempat seperti
di Besuki (Jawa Timur) dan sumatra selatan juga adalah tempat penemuan patung
Buddha.
II.2. Wilayah yang dipengaruhi unsur-unsur Hindu di Indonesia
Kemunculan
unsur Hindu di Indonesia diduga pada sekitar abad ke-5 masehi. Tonggak waktu
tesebut diambil dari penafsiran tujuh buah yupa peninggalan kerajaan Kutai di
Kalimantan timur dan tujuh buah prasasti dari kerajaan Tarumanegara di Jawa
Barat sekarang ini. Oleh karena Yupa dan Prasasti di kedua kerajaan tersebut
menggunakan huruf pallawa, maka diperkirakan kebudayaan Hindu yang menyebar ke
beberapa daerah di Indonesia pada tahap permulaan berasal dari India Selatan.
Agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia kemudian berkembang di
kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan Holling, Mataram Hindu, Kanjuruhan, Kediri,
Singasari, Majapahit,Sunda,dan Bali.
II.3. Wilayah yang tidak dipengaruhi unsur Buddha di
Indonesia
Wilyah
yang tidak dipengaruhi unsur budaya hindu-buddha, yaitu Maluku dan sekitarnya,
pulau-pulau di nusa tenggara, Maluku dan papua serta sekitarnya. Kemungkinan
tidak masuknya pengaruh tersebut karena wilayah Indonesia bagian timur dianggap
terlalu jauh untuk dijangkau, wilayahnya sangat terpencil dan sarana
transportasi tidak ada. Selain itu, kawasan Indonesia amat luas dan terdiri
atas ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai ke timur.
BAB
III
PENUTUP
Penutup
dari pada makalah kami terdiri atas :
Kesimpulan
:
Jadi Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha dari India
ke Indonesia terjadi karena adanya hubungan antara bangsa Indonesia, India,dan
bangsa-bangsa lainnya di kawasan Asia Selatan ,Timur,dan Tenggara.Hubungan
tersebut tidak hanya terjadi melalui perdagangan tetapi juga terjadi melalui
kegiatan politik dan diplomasi,pelayaran,pendidikan,dan kebudayaan.Melalui lalu
lintas tersebut,terjadi pertukaran barang,pengalaman,dan kebudayaan Hindu dan
Buddha. Ada empat hipotesis yang dikemukakan oleh para ahli tentang proses
masuknya budaya Hindu-Buddha yaitu Hipotesis Kesatria, Hipotesis Waisya,
Hipotesis Brahmana dan Hipotesis Sudra. Tetapi dari ke empat hipotesis tersebut
memiliki kelemahan. Golongan Kesatria, Waisya dan terlebih Sudra tidak
menguasai bahasa Sanskerta. Padahal bahasa Sanskerta adalah bahasa sastra
tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Golongan Brahmana walaupun
menguasai bahasa Sanskerta menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh
menyebrangi laut.
Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia menimbulkan akulturasi.
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok
manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan
kontak secara langsung dan terus-menerus yang kemudia menimbulkan perubahan
dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
Wujud akulturasi tersebut yaitu, bahasa, religi/kepercayaan, organisasi sosial
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, peralatan hidup dan teknologi, dan
kesenian.
Daerah yang dipengaruhi unsur-unsur Hindu-Buddha di Indonesia meliputi seluruh
Pulau Jawa, Bali, Pulau Sumatra, Kutai (Kalimantan Selatan), Sanggau
(Kalimantan Barat), dan Sempaga (Sulawesi Selatan). Daerah yang tidak
dipengaruhi budaya Hindu-Buddha adalah wilayah Nusa Tenggara, Maluku, Papua dan
sekitarnya. Kemungkinan penyebab tidak masuknya pengaruh tersebut karena
wilayah Indonesia bagian timur dianggap terlalu jauh untuk dijangkau,
wilayahnya sangat terpencil dan sarana transportasi tidak ada. Selain itu,
kawasan Indonesia amat luas dan terdiri atas ribuan pulau yang terhampar dari
barat sampai ke timur.
Saran,
pendapat dan pertanyaan :
DAFTAR PUSTAKA
Tim
penyusun Indonesia Heritage. 1998. Indonesian Heritage: Early Modern History.
Singapore : Grolier International.
Chau
Ming. 1994. Mengenal Beberapa Aspek Filsafat Konfusianisme, taoisme, dan
Buddhisme, JILID III. Jakarta:Sasana
Rickflefs,
M. C. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyaarta : Gajah Mada university
Press.
Marwati
Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusonto . 1948. Sejarah Nasional Indonesia
Jilid da
“Belajarlah dari masa lalu,
hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya

RIWAYAT PENYUSUN

KETUA
KELOMPOK
NAMA :
DEDE PADILLAH

JURU
BICARA
NAMA :
RINA ROHAYATI

NAMA :
SITI NURHASANAH YUNENGSIH

NAMA : LIA
MULYANI


UNIQUE EVENT
Isi materi cukup bagus...Presentasi juga BAGUS.......Cari terus informasi...dan Jangan pernah mengeluh !!!
ReplyDelete