DINASTI MUGHAL DI INDIA
PENDAHULUAN
Dunia Islam
pada Abad ke-17 bertumpu kepada tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Syafawi di
Persia, Mughal di India, dan Turki Utsmani di Turki dengan dua periode. Periode
1500-1700 merupakan fase kemajuan Islam melalui tiga kerajaan besar tersebut.
Secara eksternal, di masa itu, pusat kekuasaan imperium Romawi Timur yaitu
Konstantinopel jatuh ke tangan Turki dan kemajuan ekspansi Islam ke Eropa Timur
berjalan lancar. Adapun secara internal, ketiga kerajaan tersebut memiliki
kecenderungan teologi-politik yang berbeda. Kerajaan Syafawi di Persia
menjadikan aliran Syi’ah sebagai madzhab resmi dari kerajaan, dan semenjak itu
sampai kini Iran adalah pusat aliran Syi’ah. Kerajaan Utsmani merupakan
Kekhalifahan Sunni. Sementara Kerajaan Mughal di India berusaha memperkecil
pertentangan antara Sunni dan Syi’ah.[1]
Kerajaan
Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Syafawi. Jadi, di
antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda.
Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak Benua India. [2] Jauh
sebelum Kerajaan Mughal berdiri, sebenarnya semenjak abad I hijriyah, Islam
sudah masuk ke India. Ekspedisi pertama pada zaman Khalifah Umar bin
al-Khattab, tapi akhirnya Khalifah umar mencela penjarahan tersebut dan menarik
eskpedisi tersebut. Padatahun 634 M, setelah Khalifah Umar wafat, barulah
orang-orang Arab menaklukan Makram di Balukistan. Kemudian setelah kekuasaan
Islam berada pada Dinasti Umaiyah di bawah Khalifah Walid Ibn Abd al-Malik,
tentara Islam sekali lagi mengadakan invasi ke wilayah India di bawah panglima
Muhammad Ibn al-Qasim dan berhasil menguasai wilayah Sind. Dan pada tahun 871
M, orng-orang Arab sudah menghuni tetap di sana.[3] Kemudian muncul kekuasaan
Islam melalui Dinasti Ghaznawi (977-1186 M), Khalji (1296-1316 M), Thuglaq
(1320-1412 M), Sayyid (1414-1415 M), dan Dinasti Lodhi (1451-1526 M). Jadi,
Mughal adalah kerajaan Islam yang terakhir di India (1526-1858 M), tepatnya
setelah Dinasti Lodhi jatuh, hingga berganti dengan pemerintahan imperialiasme
Inggris yang memerintah di sana.[4] Demikian, peradaban Islam di India tidak
bisa dipisahkan dari keberadaan Dinasti Mughal. Selama tiga abad dinasti ini
mampu memberi warna di negeri yang mayoritas beragama Hindu ini. Setidaknya
agama Islam menjadi tersebar di seluruh penjuru India.[5]
Makalah ini
selain menggambarkan secara ringkas bagian-bagian penting (highlights) tentang
asal-usul, tumbuh, berkembang serta mundurnya peradaban yang dibina Kerajaan
Mughal, juga mengulas faktor-faktor yang mendorong kejayaan hingga tenggelamnya
kerajaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil pelajaran, bagaimana
membalikkan (reverse) gelombang peradaban di anak benua India tersebut.
KELAHIRAN,
PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN
A. Masa
Kelahiran
Mughal
adalah sebuah dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari daerah
Asia Tengah, keturunan Timur Lenk, seorang Turki-Mughal yang lahir di Kesh di
Transoksania (Turkistan) pada tahun 1336. Pemimpinnya dikenal sebagai seorang muslim
fanatik, dan pertama kali melakukan penyerangan ke India pada tahun 1398.
Selain itu, beliau mengangkat Khizer Khan sebagai gubenur di Multan sekaligus
wakilnya untuk India.[6]Timur Lenk meninggal pada usia 70 tahun
(1405), tahtanya diberikan kepada anaknya Syah Rukh Mirza. India dapat
ditaklukan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, salah satu keturunan Timur Lenk pada
tahun 1503. [7]
Secara
geneologis, Babur merupakan cucu Timur Lenk (dari pihak ayah) dan keturunan
Jenghiz Khan (dari pihak ibu).[8] Babur lahir pada 14 Februari 1483 hari Jum’at
di Farghana di bagian utara Transoksania (kini Uzbekistan).[9]Sepeninggal
ayahnya, Umar Mirza, ia menggantikannya menjadi penguasa di Farghana.[10]
Ekspansinya ke India dimulai dengan menundukkan penguasa setempat yaitu Ibrahim
Lodi dengan bantuan Alam Khan (Paman Lodi) dan gubernur Lahore.[11] Ia
menghadapi Dinasti Lody yang terakhir (Ibrahim Lody) yang tentaranya berjumlah
40.000 orang diluar kota Panipat pada April 1526. Dalam peperangan ini, Lody
terbunuh dan Babur menguasai Delhi dan Agra. [12]Sejak itu Babur
dapat menguasai India dan mendirikan dinasti Mughal yang beribukota di
Delhi.[13]
Kerajaan
Mughal didirikan pada tahun 1526. Jumlah keseluruhan sultan Mughal 29
orang.[14] Kerajaan ini memiliki sultan-sultan yang besar dan terkenal pada
abad ke-17, yaitu Akbar (1556-1606), Jehangir (1605-1627), dengan permaisurinya
Nurjannah, Syah Jehan (1628-1606), dan Aurangzeb (1659-1707).[15]
B. Masa
Perkembangan Dan Kemajuan
a. Humayyun
(1530-1540 M dan 1555-1556 M)
Babur
mempunyai empat orang putra, yaitu Humayyun, Kamran, Hindal, dan Aksari. Di
antara empat anaknya ini, hanya Humayyun yang melanjutkan kekuasaan ayahnya.
Beliau lahir pada Maret 1508 di Kabul (Afghanistan). Ketika kecil ia
mempelajari bahasa Arab, Turki, dan Persia. Ketika berusia 20 tahun, ia
berkuasa di Badakhshan, saat ayahnya masih masih memegang tampuk kekuasaannya.
dalam pemerintahannya, ia bisa menguasai Kalanjir, Chunar, Malwa, dan Gurajat
(1531).[16]
Sepanjang
pemerintahannya kondisi negara tidak stabil, karena banyak terjadi perlawanan
dari musuh-musuhnya. Pada tahun 1540 terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh
Sher Kkhan di Qanuj. Dalam pertempuran ini, Humayun kalah dan melarikan diri ke
Qandahar dan kemudian ke Persia. Atas bantuan Raja Persia ia menyusun
kekuatannya kembali. Setelah merasa kuat ia melakukan pembalasan dan menguasai
India lagi tahun 1555 M.[17]
Setelah
perluasan daerah kekuasaannya, ia menaklukkan penyerangan di Bengal untuk
membantu penguasa daerah itu (Sultan Mahmud) yang sedang melawan Sher Syah Syah
Suri. Ketika peperangan terjadi, beliau kehilangan kontak untuk mengontrol
kekuasaannya di Delhi dan Agra. Ternyata kedua wilayah tersebut dikendalikan
oleh saudaranya (Hindal). Peperangan tersebut mengalami kekalahan. Pasukan beliau
dipukul mundur oleh Sher Syah, hingga melarikan diri ke Iran pada Juli 1543
untuk meminta bantuan dari raja Persia (Syah Tahmasp). Raja Persia membantu
beliau dan bisa menaklukan Qandahar dan Kabul.
Di luar
India Syah Syah Suri memperkokoh kekuasaanya dan melakukan pembaruan dibidang
administrasi, keuangan, perdagangan, komunikasi keadilan, perpajakan, dan
pertanian. Namun ia wafat pada 22 Mei 1545. Tahtanya digantikan kepada putranya
Ismail Syah yang memerintah dari 1545-1553. Ia tidak sesukses ayahnya, setelah
ia wafat. Tahtanya digantikan kepada anaknya Firuz yang masih muda, berumur 12
tahun. Namun ia dibunuh oleh pamannya sendiri, Mubariz Khan, yang menjadi
penguasa meskipun menghadapi tantangan.
Humayyun
memanfa’atkan kekacauan pemerintahan musuhnya, sehingga bisa merebut kembali
Delhi dan Arga. Namun ia wafat karena kecelakaan, jatuh dari lantai dua
perpustakaan Sher Mandal, di Delhi, pada Januari 1556.
b. Akbar
Khan (1556-1605 M)
Kekuasaan
Humayun dilanjutkan oleh anaknya, Akbar Khan. Gelarnya Sultan Abdul Fath
Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik tahta berumur 15 tahun dan memerintah India
selama 50 tahun (1556-1605 M).[18] Karena usianya masih muda, pemerintahan
diserahkan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di periode pertama, Akbar
menghadapi berbagai pemberontakan. Di Punjab, Khan Syah melancarkan
pemberontakan setelah menggalang sisa-sisa pengikutnya. Di Agra pemberontakan
kaum Hindu dipimpin oleh Hemu, berhasil menguasai kota itu dan Delhi. Di
wilayah barat lahir gerakan yang dipimpin oleh saudara seayah dengan Akbar,
Mirza Muhammad Hakim. Kasmir, Multan, Bengala, Sind, Gujarat, Bijapur dan
lain-lain berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal.[19]
Namun,
setelah Akbar berumur dewasa, ia dapat mengembalikan wilayah-wilayah yang
pernah melepaslan diri, dan memperluas wilayah-wilayah baru secara gemilang.
Strateginya, pertama, ia menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu
memaksakan paham syi’ah. Kedua, melancarkan serangan kepada para
penguasa yang menyatakan merdeka. Ketiga, memperkuat militer dan
mewajibkan pejabat sipil mengikuti latihan militer. Keempat, membuat
kebijakan shalahul (toleransi universal). Kebijakan ini memberikan hak
persamaan kepada semua penduduk, mereka tidak dibedakan berdasarkan etnis
maupun agama. Bahkan, ia menawarkan konsep penyatuan agama-agama menjadi satu
bentuk agama yang disebut din ilahi. Dengan strategi ini, wilayah Mughal
menjadi sangat luas, dua kota penting sebagai pintu gerbang ke luar, Kabul dan
Kandahar, dikuasai.[20]
Sistem
pemerintahan Akbar adalah militeristik. Pemerintahan pusat dipegang oleh raja.
Pemerintahan daerah dipegang oleh Sipah Salar atau kepala komandan.[21]
Sedangkan subdistrik dikepalai oleh Faudjar atau komandan.
Jabatan-jaatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya
diwajibkan mengikuti latihan militer.[22]
Selama
menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas dan keamanan
dalam negeri. Dia menyadari bahwa masyarakat India merupakan masyarakat yang
plural, baik dari segi agama maupun etnis. Kebijakan-kebijakannya dibuat untuk
tetap menjaga persatuan di wilayahnya. Akbar menerapkan politik “Sulh-E-Kul”
atau toleransi universal, yang memandang semua rakyat sama derajatnya.[23]
Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-Ilaihi, yaitu menjadikan
semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya adalah kepentingan
stabilitas politik. Dengan adanya penyatuan agama ini diharapkan tidak terjadi
permusuhan antar pemeluk agama. Untuk merealisasikan ajarannya, Akbar mengawini
putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan menggunakan simbol hindu,
melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan khitan dan melarang
menyembelih dan memakan daging sapi.[24]
Usaha lain
Akbar adalah membentuk Mansabdharis, yaitu lembaga public service yang
berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti menyiapkan sejumlah
pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan merupakan satu kelas penguasa yang
terdiri dari berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, afghan, Persia dan
Hindu.[25]
c. Jahanghir
(1605-1628 M)
Penguasa
Mughal ketiga adalah Jahanghir, putera Akbar. Masa pemerintahannya kurang lebih
23 tahun (1605-1628). Jahanghr adalah pengikut Ahlussunnah wal jama’ah,
sehingga Din-i-ilahi yang dibentuk ayahnya menjadi hilang pengaruhnya.
Pemerintahannya diwarnai dengan pemberontakan, seperti pemberontakan di Ambar
yang tidak mampu dipadamkan. Pemberontakan juga muncul dari dalam istana yang
dipimpin Kurram, putranya sendiri. Dengan bantuan panglima Muhabbat Khan,
Kurram menangkap dan menyekap Jahanghir. Berkat usaha permaisuri, permusuhan
ayah dan anak dapat didamaikan. Akhirnya setelah Jahangir meninggal (1627 M),
Kurram naik tahta dan bergelar Abu Muzaffar Shahabuddin Muhammad Shah Jahan
Padsah Ghazi.[26]
d. Syah
Jihan (1628-1658)
Syah Jihan
tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada
pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi
Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun
pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak
dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela
kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi
atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan
ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan
dan Khan Jahan dihukum mati.
Aurangzeb
(1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas
Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam.
Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal
sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha
mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik
keagamaan Akbar. Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah
sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja
sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.[27]
C. Bentuk
Kemajuan Kerajaan Mughal
Kemajuan
yang dicapai pada masa dinasti Mughal merupakan sumbangan yang berarti dalam
mensyiarkan dan membangun peradaban Islam di India. Kemajuan-kemajuan tersebut
antara lain:[28]
- Bidang Politik dan Militer
Sistem yang
menonjol adalah politik sulh e-kul atau toleransi universal. Sistem
sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal
adalah sistem Islam. Di sisi lain terdapat juga rasa atau etnis lain yang juga
terdapat di India. Lembaga yang merupakan produk dari system ini adalah Din-i-Ilahi
dan Mansabdhari.
Di bidang
militer, pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang kuat. Mereka terdiri dari
paukan gajah, berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi dalam system
distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah salar dan sub
distrik dikepalai oleh Faujdar. dengan system inilah pasukan Mughal
berhasil menaklukkan daerah-daerah disekitarnya.
- Bidang Ekonomi
Kontribusi
Mughal dibidang ekonomi adalah memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi,
kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. Pemerintah membentuk lembaga
khusus untuk mengatur masalah pertanian. Wilayah terkecil disebut deh,
dan beberapa deh tergabung dalam bargana (kawedanan) setiap
komunitas petani dipimpin oleh mukaddam. Melalui mukaddam inilah
pemerintah berhubungan dengan petani.
Disamping
pertanian, pemerintah juga memajukan industry tenun. Hasil industry ini banyak
dekspor keluar negeri seperti Eropa, Arabia, Asia Tenggara dan lain-lain. Pada
masa Jahangir, banyak investor asing yang diizinkan menanamkan investasinya,
seperti mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surath.
- Bidang Seni dan Arsitektur
Hasil karya
seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan dapat dinikmati sampai sekarang.
Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer
yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Bangunan yang menunjukkan ciri ini
antara lain: benteng merah, istaa-istana, makam kerajaan dan yang paling tujuh
keajaiban dunia yang dibangun oleh Syekh Jehan khusus untuk istrinya Noor Mahal
yang cantik jelita. Bangunan lain yang bermotif sama adalah Masjid Raya Delhi
yang berlapis marmer dan sebuah istana di Lahore.
Kebijakan-kebijakan
dalam pengembangan kebudayaan ditampakkan adanya bentuk perpaduan antara unsur
Islam dengan Hindu. Bentuk ini misalnya dapat dilihat secara jelas pada
arsitektur dan lukisan pada beberapa benteng dan istana di Ajmer, Agra,
Allahabad, Lahore, dan Fathepur Sikri. Sejumlah bangunan dinding yang
berkelok-kelok untuk menyangga bagian atap, bentuk-bentuk zoomorphic, motif
lonceng dan rantai, dan sejumlah sarana lainnya, seluruhnya telah digunakan
dalam konstruksi bangunan masjid dan istana zaman sebelumnya. Kubah yang lahir
dari tradisi arsitektur Muslim dipakai baik untuk masjid maupun kuil.
Bidang
sastra juga menonjol. Banyak karya sastra yang diubah dari bahasa Persia ke
bahasa India. Pada masa Akbar berkembang bahasa Urdu, yang merupakan perpaduan
dari berbagai bahasa yang ada di India. Bahasa urdu ini kemudian banyak dipakai
di India dan Pakisan sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah malik
Muhammad Jayashi, dengan karya monumentalnya Padmavat, sebuah karya
alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu
Fadhl yang juga sejarawan. Karyanya berjudul Akbar Nama dan Ain
e-Akbari, yang mengupas sejarah Mughal berdasarkan figure pimpinannya.[29]
- Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti
Mughal juga banyak memberikan sumbangan dibidang di bidang ilmu pengetahuan.
Sejak berdiri, banyak ilmuwan yang dating ke India untuk menuntut ilmu
pengetahuan. Bahkan istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal
ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta ulama. Aurangzeb
misalnya, memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun pusat
pendidikan di Lucknow.
Di tiap-tiap
masjid memiliki lembaga ingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa
Syah Jehan didirikan sebuah pergurua tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin
bertambah ketika pemerintah dipegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama
berhasil dikodifikasika hokum islam yang dikenal dengan sebutan Fatwa-I-Alamgri.
MASA
KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN
A. Periode
Kekuasaan di Era kemunduran dan kehancuran
Bahadur Syah
menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara
putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan
sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun
Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini
ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. Dalam pertempuran
yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia
menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh
oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian
mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku
Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah
bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan
juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. akibatnya
pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya
terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa
pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan
Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari
serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam
tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
Akbar II
(1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk
mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak
Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin
penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya
pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah
(1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati
oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak
Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun
(1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
Demikianlah,
setelah Aurangzeb (1707), tahta kerajaan diduduki raja-raja yang lemah.
Sementara itu dipertengahan abad ke-18, Inggris sudah mulai menancapkan kukunya
di India. Pada 1761 Inggris menguasai sebagian wilayah kerajaan. Pada 1803
Delhi dikuasai dan penguasa Mughal berada di bawah pengaruh Inggris. Pada 1857
penguasa Mughal mencoba membebaskan diri dari penjajahan Inggris, tetapi ia
dapat dikalahkan. Pada 1858, Bahadur II, raja Mughal yang terakhir itu diusir
Inggris dari istananya.
Kelemahan
Mughal menjadi sebab makin leluasanya Inggris memperluas wilayah jajahan. Pada
masa pemerintahan Akbar II terjadi konsesi antara Mughal dan EIC. Inggirs bebas
mengembangkan usahanya dan sebagai imbalannya Inggris memberikan jaminan
kehidupan raja dan keluarga istana. Sejak itu kedudukan raja tak ubahnya
seorang pensiunan Inggris yang tidak punya kekuasaan sedikitpun.
Puncak
kekuasaan Inggris diraih ada tahun 1857 ketika kerajaan Mughal benar-benar
jatuh dan rajanya terakhir, Bahadur Syah diusir ke Rangun (1858). Inggris juga
berusaha menguasai Afghanistan (1879) dan kesultanan Muslim Balucistan juga
ditaklukan (1899). Dengan demikian, imperialisme Inggris telah merata di seluruh
anak benua India.[30]
B. Sebab
Kemunduran Dan Kehancuran
Dari masa
panjang sekitar tiga setengah abad Mughal berkuasa, tetapi masa perkembangan
dan kejayaannya hanya dapat dipertahankan sekitar satu abad, yaitu sampai
dengan masa Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah masa Aurangzeb, Mughal mengalami
kemunduran secara berangsur-angsur dalam waktu sekitar kurang dekiti dari dua
abad. Di masa Sultan Bahadur Syah, Mughal mengalami kejatuhannya yaitu ketika
sultan terakhir Bahadur Syah diusir dari istananya.
Banyak
faktor penyebab kemunduran dan kehancurannya, antara lain:[31]
- Perebutan kekuasaan antara
keluarga. Hampir semua keturunan Babur umumnya memiliki watak yang keras
dan ambisius sebagai keturunan Ttimur Lenk yang juga wataknya demikian.
- Pemberontakan oleh umat hindu.
Umat hindu yang mayoritas dan umat Islam yang minoritas tapi memegang
otoritas kekuasaan. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan sebagian garis
keras orang-orang hindu kepada pemerintahan Islam.
Pemberontakan-pemberontakan dari pihak hindu beberapa kali terjadi seperti
yang dipimpin oleh Hemu di Delhi dan Agra masa Akbar I, pemberontakan yang
dipimpin oleh guru Tegh Bahadur di masa Aurangzeb, Pemberontakan di
Panipat yang dipimpin oleh Rraja Udaipur, dll.
- Serangan dari kerajaan atau
kekuatan luar. Serangan pihak luar semula dilakukan oleh Raja Safawi di
Persia, kemudian dari Afghanistan. Pangkal perselisihan antara Mughal dan
Safawi karena rebutan daerah Kandahar.
- Kelemahan Ekonomi. Kemunduran
politik Mughal sangat menguntungkan bangsa-bangsa Barat untuk menguasai
jalur perdagangan. Akhirnya terjadilah persaingan dagang di pantai selatan
India antara Inggris, Portugis, Belanda dan Perancis, yang dimenangkan
Inggris. Selanjutnya Inggris melalui Persyarikatan Dagang India Timur atau
The East India Company (EIC) menguasai perdagangan India.
- Intervensi Politik dan Militer
dari kekuatan imperialis Barat. Konflik laten antara kekuasaan Islam
dengan umat hindu dimanfaatkan oleh Barat dengan melakukan politik devide
et impera.
- Terjadi stagnasi dalam
pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim
Mughal.
- Kemerosotan moral dan hidup
mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang negara.Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam
melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga
konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya
- Semua pewaris tahta kerajaan
pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
PENUTUP
Pemerintahan
kerajaan Mughal berkuasa selama 3 abad lebih, terhitung mulai tahun berdirinya
1526 M sampai tahun kehancurannya 1858 M atau dengan istilah lain, kerajaan ini
bertahan dan berkuasa selama 332 tahun. Sebagimana pendapat Toynbee yang
menyatakan setiap kebudayaan yang dewasa memiliki empat tahap hidup: lahir,
tumbuh, runtuh, dan silam. Kerajaan Mughal telah melewati konsepsi itu. Namun
Kerajaan Mughal tidak mungkin lepas dari sejarah Islam sekaligus sejarah India,
karena kerajaan ini merupakan warisan dua peradaban besar tersebut.
Dari
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Islam
telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India.
Sepertinya tepat yang ditulis oleh Roger Garaudy bahwa “Islam telah membawakan
kepada manusia suatu dimensi transenden (ketuhanan) dan dimensi masyarakat
(umat)
2. Dengan
hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang
nyaris tenggelam, kembali muncul.
3. Kemajuan
yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan
peradaban dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik
toleransi (sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4. Kerajaan
Mughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada
membentuk sebuah kultur Muslim secara eksklusif.
5.
Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit
penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya
kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.
DAFTAR
PUSTAKA
Dedi
Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. (bandung: Pustaka Setia, 2008), 252
Ibid., 261
Ah. Zakki
Fu’ad. Sejarah Peradaban Islam: Paradigma Tekas, Reflektif dan Filosofis (Bandung:
Indo Pramaha, 2012), 198
Moh.
Nurhakim. Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UMM Press, Cet.2, 2004),
147
Siti Maryam,
dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern (Yogyakarta:
LESFI, Cet.3, 2009), 184
Zafar Iqbal.
Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm,
282.
Badrim
Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, PT.
Rajagrafindo Persada, 2003), hlm, 175
Dede
Rosyada, Kerajaan Mughal, Ensiklopedi Islam, Nina M. Armando,et
al., (ed), (Jakarta: Ikhtiar Baru, 2005), 147
[1] Dedi
Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. (bandung: Pustaka Setia, 2008), 252
[2] Ibid.,
261
[3] Ah.
Zakki Fu’ad. Sejarah Peradaban Islam: Paradigma Tekas, Reflektif dan
Filosofis (Bandung: Indo Pramaha, 2012), 198
[4] Moh.
Nurhakim. Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UMM Press, Cet.2, 2004),
147
[5] Siti
Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern
(Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009), 184
[6] Zafar Iqbal. Sejarah Kebudayaan
Islam, (Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm, 282.
[7] Badrim Yatim. Sejarah Peradaban
Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2003), hlm,
175
[8] Siti
Maryam, dkk, Sejarah…, 184
[9] Badrim Yatim. Sejarah Peradaban,
175-176
[10] Moh.
Nurhakim. Sejarah dan Peradaban…., 147
[11] Siti
Maryam, dkk, Sejarah…, 184
[12] Badrim Yatim. Sejarah Peradaban
Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2003), hlm,
175-176.
[13] Siti
Maryam, dkk, Sejarah…, 184
[14] Moh.
Nurhakim. Sejarah dan Peradaban…., 148
[15] Dedi Supriyadi,
Sejarah.…, 261
[16] Zafar Iqbal. Sejarah Kebudayaan
Islam, (Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm, 283.
[17] Siti
Maryam, dkk, Sejarah…, 184
[18] Siti
Maryam, dkk, Sejarah…, 184
[19] Moh.
Nurhakim. Sejarah dan Peradaban…., 148
[20] Ibid.,
149
[21] Semacam
Panglima Daerah Militer (Pangdam) yang memimpin divisi tentara
[22] Siti
Maryam, dkk, Sejarah…, 184
[23] Ibid.,
184
[24] Ibid.,
185
[25]
Ibid.,185
[26] Siti
Maryam, dkk, Sejarah…, 189
[28] Siti Maryam, dkk, Sejarah…, 187-188
[29] Moh.
Nurhakim. Sejarah dan Peradaban…., 150
[30] Ibid.,
189
[31] Ibid.,
150-151
Comments
Post a Comment