Kelas X -2 : KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
A. Kehidupan Awal
Manusia Indonesia
1.
Teori Kehidupan Di Bumi
Zaman Arkaekum yaitu zaman
tertua dan diperkirakan sekitar 1500 juta tahun.
Zaman
Palaeozoikum berusia sekitar 340 Juta tahun.
Zaman
Mesozoikum berusia sekitar 140 juta tahun
Zaman neozoikum
/ kainozoikum berusia sekitar 60 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
-
Zaman Tersier
-
Zaman Kuarter
2.
Pendapat Para Ahli Mengenai Kehidupan Awal
Teori-teori
yang mendukungnya dikenal dengan teori imigrasi. Menurut teori imigrasi
terdapat beberapa petunjuk tentang keberadaan masyarakat awal di kepulauan
Indonesia.
a. Prof. Dr. H.
Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia.
Teorinya itu didukung oleh perbandingan Bahasa, karena bahasa-bahasa yang
dipakai di kepulauan indonesia, polinesia, malanesia, micronesia, berawal dari
satu akar bahasa yang bernama bahaasa Austronesia.
b. Van Heine
Gelden berpendapat bahwa abangsa indonesia berasal dari daerah Asia.
Pendapatnya ini didukung oleh artefak-artefak (bentuk budaya) yang ditemukannya
di indonesia memiliki banyak persamaan dengan yang ditemukan di daratan Asia.
c. Prof. Mohammad
yamin berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri.
Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosill dan artefak-artefak tertua dengan
jumlah terbanyak yang ditemukan di daerah Indonesia.
Sedangkan
berdasarkan beberapa pendapat dari tokoh-tokoh tentang asal-usul bangsa
indonesia adalah sebagai berikut :
a. Max Muller
menyatakan bahwa asal dari bangsa indonesia adalah daerah Asia Tenggara. Namun
dari pendapat Max Muller ini tidak begitu jelas alasannya. Barangkali max
muller menarik kesimpulan dari pendapat-pendapat para ahli lainnya.
b. Prof. Dr. H.
Kern menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, kochin Cina,
Kamboja. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa indonesia mempergunakan
perahu-perahu bercadik menuju kepulauan indonesia. Pendapat kern ini didukung
dengan adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah-daerah
tersebut dengan daerah-daerah di indonesia. Hal ini disebabkan karena obyek
penelitian dari kern adalah tentang persamaan bahasa, pada nama-nama binatang
dan alat-alat perang. Di samping itu, pendapat kern ini sangat besar
dipengaruhi oleh pendapat Willem Smith.
c. Willem Smith
menyatakan dalam penelitiannya tentang asal-usul bangsa indonesia melalui
penggunaan bahasa oleh bangsa indonesia. Willem Smith membagi bangsa-bangsa di
Asia atas dasar bahasa yang digunakannya, yaitu bangsa yang berbahasa togon,
bangsa yang berbahasa Jerman dan bangsa yang berbahasa Austria. Kemudian bahasa
Austria dbagi dua, yaitu bangsa yang berbahasa Austro Asia dan bangsa yang
berbahasa Austronesia. Bangsa – bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami
wilayah indonesia, melanesia, dan polinesia.
d. Hogen
menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir melayu berasal dari
sumatera. Bangsa ini bercampur dengan bangsa mongol yang kemudian disebut
bangsa proto melayu dan detro melayu. Bangsa proto melayu (melayu tua) menyebar
di wilayah sekitar indonesia tahun 1300 SM-1500 S. Sedangkan bangsa Deutro
Melayu (melayu muda) menyebar di wilayah indonesia sekitar tahun 1500 SM-500
SM.
e. Drs. Moh. Ali
menyatakan bahwa bangsa indonesia berasal dari daerah Yunan. Pendapat Moh Ali
ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang berpendapat bahwa bangsa indonesia
berasal dari daerah mongol dan terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat.
Akibat terdesak, mereka menyebar ke arah selatan hingga sampai ke wilayah
indonesia. Namun menurut Moh Ali (untuk memperkuat pendapatnya itu) menyatakan
bahwa nenek moyang bangsa indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia
dan kedatangannya di indonesia secara bergelombang, gelombang pertama dari
tahun 3000 SM – 1500 SM dan gelombang yang kedua dari tahun 1500 SM – 500 SM.
Ciri-ciri gelombang pertama adalah berkebudayaan Neolitikum dengan jenis perahu
bercadik satu dan gelombang kedua menggunakan perahu bercadik dua.
f. Prof. Dr.
Kroom menyatakan bahwa asal-usul bangsa indonesi dari daerah Cina Tengah,
karena pada daerah cina tengah terdapat sumber sungai besar. Mereka menyebar ke
wilayah indonesia sekitar tahun 2000 SM sampai tahu 1500 SM
g. Mayundar
menyatakan bahwa bangsa – bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India,
kemudian menyebar ke Indo- cina terus ke daerah indonesia dan pasifik pendapat
Mayundar ini didukung oleh penelitiannya berdasarkan bahasa Austria yang
merupakan bahasa Muda di India timur.
h. Prof. Moh.
Yamin menentang semua pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Moh Yamin
berpendapat bahwa asal bangsa indonesia dari daerah indonesia sendiri. Bahkan
bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah Asia ada yang berasal dari daerah
indonesia. Pendapat Moh yamin didukung oleh suatu pernyataannya tentang Blood
und Breden Unchro yang berarti adalah darah dan tanah bangsa indonesia berasal
dari indonesia sendiri. Ia menyatakan bahwa fosil dan artefak itu lebih banyak
dan lebih lengkap ditemukan di wilayah indonesia dibandingkan dengan
daerah-daerah lainya di Asia. Misalnya dengan penemuan manusia purba sejenih
Homo Sapiens, homo wajakensis dan sebagainya.
i. Dr. Brandes
yang dikirim ke indonesia tahun 1834 menyatakan bahwa bangsa yang ada bermukim
di kepulauan indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada
daerah-daerah yang amembentang dari sebelah utara pulau Formaosa, sebelah barat
daerah madagaskar; sebelah selatan yaitu tanah jawa, bali, sebelah timur sampai
ke tepi pantai barat amerika. Penyelidikan atau penelitian yang dilakukan oleh
brandes melalui perbandingan bahasa.
B. Perkembangan
Kehidupan Manusia Purba di Indonesia
1.
Apa Itu Manusia Purba ?
Manusia purba
adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum tulisan ditemukan. Manusia purba
diyakini telah mendiami bumi sekitaraa 4 juta tahun lalu. Namunn demikian bahwa
jenis manusia pertama telah ada di muka bumi ini sekitar 2 juta tahun lalu.
Manusia purba
mempunyai volume otak yang lebih kecil dari manusia modern sekarang.
Mereka biasanya hidup secara berkelompok dan mengandalkan makanannya dari
buah-buahan dan binatang kecil. Mereka masih belum mengenal bercocok tanam.
Kehidupan
manusia purba masih sangat sederhana. Untuk menopang kehidupannya mereka
menggunakan alat-alat yang masih sangat sederhana . biasanya alat yang
digunakan terbuat dari batu.
2.
Para Peneliti Manusia Purba Di Indonesia
Engue Dubois
adalah seorang dokter kebangsaan belanda pertama kali datang ke indonesia.
Kedatangannya di indonesia bertujuan untul melaksanakan penelitian lebih lanjut
tentang keberadaan kehidupan manusia purba indonesia.
3.
Jenis Manusia Purba Di Indonesia
Jenis manusia
purba yang berhasil ditemukan di indonesia, diantaranya :
Meganthropus
paleojavanicus, meganthropus berarti manusia bensar. Fosil ini ditemukan di
sangiran oleh Von Koeningswald pada tahun 1941
Pithcanthropus,
pithecanthripus berarti manusia kera. Fosil ini ditemukan di Trinil desa ngawi,
perning daerah mojokerto, sangiran, kedung brubus, sambung macan dan ngandong.
Beberapa ciri
manusia purba yang ditemukan di indonesia
a. Meganthropus
palaeojavanicus
o Memiliki tulang
pupil yang tebal
o Memiliki otot
kunyah yang kuat
o Memiliki
tonjolan kening dan menyolok
o Memiliki
tonjolan belajang yang tajam
o Tidak memiliki
dagu
o Memiliki
perawakan yang tegap
o Memakan jenih
tumbuh-tumbuhan
o Mempunyai
tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
b. Pithecanthropus
o Tinggi badan
sekitar 165-180 cm
o Volume otak
berkisar antara 750 cc- 1350 cc
o Bentuk tubuh
dan anggota badan yang tegap
o Alat pengunyah
dan otot tengkuk sangat kuat
o Bentuk graham
yang besar dengan rahang yang sangat kuat
o Bentuk tonjolan
kening yang tbal
o Bentuk hidung
tebal
o Tidak memiliki
dagu
o Bagian belakang
kepala tampak menonjol
c. Homo sapiens
o volume otaknya
antara 1000-1200 cc
o Tinggi badan
antara 130-210 cm
o Otot tengkuk
mengalami penyusunan
o Alat kunyah dan
gigi mengalami penyusutan
o Muka tidak
menonjol ke depan
o Berdiri tegak
dan berjalan lebih sempurna
4.
Hasil-Hasil Budaya Manusia Purba Di Indonesia
Kebudayaan
adalah sebuah hasil pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar, yaitu sadar
untuk apa segala sesuatu itu dilakukan atau diperbuat. Kebudayaah yang dibuat
oleh manusia bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga sifat
kebudayaan anusia dapat dibedakan atas kebudayaan yang bersifat material atau
kebendaan dan kebudayaan yang bersifat rohani.
a. Kebudayaan
material atau kebendaan
Manusia mulai
mengenal kebudayaan material (benda) ketika mereka kenal pada awalnya berupa
alat-alat yang dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.. Seperti
peralatan berburu, peralatan untuk mengumpulkan makanan atau meramu.
Di samping itu,
manusia sudah pula mengenal dan mengolahbiji-biji besi untuk membuat
peralatan-peralatan yang dibutuhkannya, tetapi sayangnya benda-benda dari besi
berhasil ditemukan oleh para ahli, karena besi dapat lapuk dan hancur.
Dengan
demikian, kebudayaan material manusia mengalami perkembangan dari awal manusia
mengenal kebudayaan sampai kepada tingkat-tingkat kehidupan selanjutnya.
b. Kebudayaan
rohani
Kebudayaan
rohani mulai muncul dalam kehidupan manusia sejak manusia mengenal sistem
kepercayaan dalam hidupnya. Munculnya sistem kepercayaan dalam kehidupan
manusia telah berlangsung sejak kehidupan manusia pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan. Hal ini diketahui melalui penemuan kuburan.
Melalui
perkembangan pola pikir manusia, manusia mulai menyadari keberadaan hidupnya
yang berada di tengah – tengah alam semesta. Manusia mulai menyadari dan
merasakan adanyak ekuatan yang maha dahsyat atau maha besar di luar dirinya
sendiri. Bahkan kekuatan itu senantiasa ada sepanjang masa. Kekuatan itulah
yang kemudian diketahui berasal dari kekuatan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang
menciptakan, menghidupkan, memelihara, membinasakan seisi alam semesta ini.
Dari
kepercayaan itu, selanjutnya berkembang kepercayaan yang bersifat animisme,
dinamisme dan mononisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap
benda mempunyai roh atau jiwa. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa
setiap benda mempunyai kekuatan gaib dan mononisme merupakan suatu kepercayaan
terhadap tuhan yang Maha Esa.
C. Kehidupan
Sosial, Ekonomi Dan Budaya Manusia Purba
1.
Kehidupan Masyarakat Berburu Dan Mengumpulkan Makanan
a. Lingkungan Alam
Kehidupan
Kehidupan
masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangat sederhana. Kehidupan
mereka tak ubahnya sepertia kelompok hewan, karena tergantung pada apa yang
disediakan oleh alam.
Pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan, manusia tinggal di alam terbuka seperti
hutan, di tepi sungai, di gunung, di goa dan di lembah – lembah. Disamping itu,
lingkungan alam kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
belum stabil dan masih liar. Binatang buas menjadi penghalang bagi manusia
untuk melaksanakan kehidupannya.
b. Kehidupan
Sosial
Masyarakat pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal kehidupan kelompok. Jumlah
anggota dalam tiap kelompok sekitar 10-15 orang. Mereka hidup selalu berpindah
–pindah dari satu tempat ketempat lainnya. Perpindahan yang mereka lakukan itu
semata – mata hanya untuka memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Kehidupan
Budaya
Benda – benda
hasil kebudayaan zaman tersebut adalah sebagai berikut :
Kapak primbas
tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara menggenggam. Penelitian
terhadap kapak ini di lakukan di daerah punung kabupaten pacitan oleh von
koenigswald (1935). Sedangkan para ahli lainnya juga mengadakan penelitian pada
tempat – tempat lain di seluruh wilayah Indonesia, sehingga kapak primbas tidak
hanya ditemukan di pacitan melainkan juga pada tempat – tempat seperti
sukabumi, ciamis, gombong, bengkulu, lahat (sumatra), bali, plores dan timor.
Kapak penetak
memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak primbas. Kapak penetak ini
bentuknya lebi besar dari kapak primbas dan cara pembuatannya masih kasar.
Kapak genggam
memiliki bentuk hampir sama dengan kapak primbas dan kapak penetek. Tetapi
bentuknya jauh lebih kecil.
Pahat genggam
memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Para ahli menafsirkan bahwa
pahat genggam mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan
untuk mencari ubi – ubian yang dapat dimakan.
d. Sistem Ekonomi
Masyarakat
Pada masa
kehidupan berburu dan menumpulkan makanan, manusia bekerja bersama – sama dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam suatu kelompok biasanya
beranggotakan 10-15 orang.
e. Kehidupan
Kepercayaan Masyarakat
Penemuan
kuburan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan menunjukan bahwa masyarakat
pada masa itu sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan pengormatan
terakhir kepada orang yang meninggal.
2.
Kehidupan Masyarakat Beternak Dan Bercocok Tanam
a. Lingkungan Alam
Kehidupan
Kemampuan
berfikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai berkembang. Hal ini
mengakibatkan munculnya kelompok – kelompok manusia dalam jumlah yang lebih
banyak serta menetap disuatu tempat. Munculnya bentuk kehidupan semacam itu
berawal dari upaya manusia untuk menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup
dalam satu masa tertentu dan tidak perlu mengembara lagi untuk mencari makanan.
Kehidupan
bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma. Berhuma
adalah tekhnik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya,
setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain.
Kemudian mereka mengulang pekerjaan membuka hutan, demikian seterusnya.
b. Kehidupan
Sosial
Kehidupan
masyarakat pada massa bercocok tanam mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Masyarakatnya sudah memiliki tempat tinggal yang tepat. Mereka memilih tempat
tinggal pada suatu tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hubungan antara
manusia di dalam kelompok masyarakat semakin erat.
Eratnya
hubungan antar manusia di dalam kelompok masyarakatnya itu, merupakan suatu
cermin bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota kelompok
masyarakat yang lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia adalah mahluk
sosial. Manusia selalu tergantung dengan manusia lainnya, sehingga masing –
masing manusia saling melengkapi, saling membantu dan saling berinteraksi dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Kehidupan
Ekonomi
Pada masa
kehidupan bercocok tanam, kebutuhan hidup masyarakat semakin bertambah, namun
tidak ada satu anggota masyarakatpun yang dapat memenuh seluruh kebutuhan
hidupnya sendiri. Oleh karena itu mereka menjalin hubungan yang lebih erat lagi
dengan sesama anggota masyarakat, bahkan mereka juga menjalin hubungan dengan
masyarakat yang berada di luar daerah tempat tinggalnya. Misalnya masyarakat
yang berada di daerah pegunungan membutuhkan hasil yang diperoleh dari pantai
seperti garam, ikan laut dan lain – lain, sedang masyarakat yang berada di
daerah pantai membutuhkan hasil – hasil pegunungan berupa berbagai macam hasil
bumi yaitu beras, buah – buahan, sayur – sayuran dan lain – lain. Dengan
kenyataan seperti ini, maka dalam rangka memenuhi kebutuhan masing – masing
perlu diadakan pertukaran barang dengan barang (sistem barter). Pertukaran
barang dengan barang ini menjadi awal munculnya sistem perdagangan atau sistem
perekonomian dalam masyarakat.
d. Sistem
Kepercayaan Masyarakat.
Perkembangan
sistem kepercayaan masyarakat pada masa kehidupan bercocok tanam dan menetap,
merupakan kelanjutan kepercayaan yang telah muncul pada masa kehidupan
masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan.
Sementara itu,
inti kepercayaan ini berkembang dari zaman ke zaman, penghormatan dan pemujaan
kepada roh nenek moyang merupakan suatu kepercayaan yang berkembang di seluruh
dunia.
Untuk
menelusuria kepercayaan masyarakat Indonesia dari masa kehidupan bercocok
tanam, para ahli mengadakan penelitian pada berbaai bangunan megalitikum atau
kuburan manusia berasal dari masa itu,. Dari hasil penelitian itu, para ahli
sejarah berhasil mendapat gambaran mengenai berbagai kebiasaan yang berhubungan
dengan kepercayaan masyarakat pada masa itu, bahkan hingga sekarang ini, kita
masih dapat melihat upacara – upacara tradisi megalitikum dari beberapa suku
bangsa di Indonesia.
e. Kehidupan
Budaya
Perkembangan
kebudayaan pada masa bercocok tanam semakin bertambah pesat, karena manusia
mulai dapat mengembangkan dirinya untuk mendiptakan kebudayaan yang lebih baik.
Peninggalan – peninggalan kebudayaan manusia pada masa kehidupan bercocok tanam
semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun
tulang.
Hasil – hasil
kebudayaan masyarakat pada masa kehidupan bercocok tanam adalah sebagai berikut
:
Beliung persegi
merupakan hasil kebudayaan manusia dari masa kehidupan masyarakat bercocok
tanam . benda kebudayaan ini di duga benda upacara.
Kapak lonjong,
kapak lonjong dengan garis penampangnya memperlihatkan sebuah bidang yang
berbentuk lonjong, kapak ini ada yang berukuran besar dan kecil.
Mata panah,
mata panah merupakan salah satu dari perlengkapan berburu maupun menangkap
ikan. Mata panah untuk menangkap ikan berbeda dengan mata panah untuk berburu.
Grabah terbuat
dari tanah liat yang dibakar. Alat – alat ini digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan benda – benda perhiasan.
f. Perhiasan
Pada masa
kehidupan masyarakat bercocok tanam telah dikenal berbagai bentuk perhiasan.
Bahan dasar pembuatan perhiasan diambil dari bahan – bahan ayang ada di sekitar
lingkungan alam tempat tinggalnya.
3.
Perkembangan Teknologi masyarakat Awal Indonesia
a. Keadaan Alam
Lingkungan Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan
menetap manusia sudah dapat menghasilkan sendiri kebutuhan – kebutuhan
hidupnya, walaupun tidak seluruhnya. Namun demikian, dalam kehidupan menetap
pola pikir manusia terus berkembang dan semakin maju.
b. Kehidupan
Sosial Ekonomi Masyarakat
Kehidupan pada
masa manusia telah mengenal logam dikenal sebagai masa perundagian. Masa
perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena
pada masa ini terjalin hubungan dengan daerah – daerah di sekitar kepulauan
Indonesia.
Masa
perundagian juga menjadi dasar bertumbuh kembangnya kerajaan – kerajaan di
Indonesia seperti kerajaan kutai.
c. Kehidupan
Budaya Masyarakat
Peninggalan –
peninggalan budaya masyarakat Indonesia yang berasal dari benda – benda logam
merupakan kekayaan dan keanekaragaman budaya yang telah tumbuh dan berkembang
pada masa itu.
4.
Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
a. Kepercayaan
Terhadap Roh Nenek Moyang
Perkembangan
sistem kepercayaan pada masyarakat indonesia berawal dari kehidupan masyarakat
berburu dan mengumpulkan makanan.
Orang mulai
memiliki suatu pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah orang itu
meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik.
Namun orang
mulai berfikir bahwa orang yang meninggal berbeda dengan orang yang masih
hidup.
b. Kepercayaan
Bersifat Animisme
Setelah
berkembangnya kepercayaan masyarakat terhadap roh nenek moyang, kemudian mundul
kepercayaan yang bersipat animisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan
masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa.
c. Kepercayaan
Bersifat Dinamisme
Kepercayaan
dinamisme mengalami perkembangan yangtidak jauh berbeda dengan kepercayaan
animisme. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki
kekuatan gaib.
Selain itu
terdapat pula benda pusaka seperti keris atau tombak yang dipandang memiliki
kekuatan gaib untuk memohon turunnya hujan, apabila keris itu di tacapkan
dengan ujungnya menghadap ke atas akan dapat menurunkan hujan.
d. Kepercayaan
Bersifat Mononisme
Kepercayaan
monoise adalah kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa. Kepercayaan ini muncul
berdasarkan pengalaman – pengaaman dari masyarakat.
D. Hubungan Budaya
Bascon – Heabinh, Bong Son, Sa Huynh, India Dengan Perkembangan Manusia Purba
Di Indonesia
1.
Perkembangan Budaya Bascon – Heabinh
Istilah bascon
– hoabinh ini dipergunakan sejak tahun 1920-an, yaitu untuk menunjukan suatu
tempat pembuatan alat – alat batu yang khas dengan ciri dipangkas pada satu
atau dua sisi permukaannya.
Ciri kahas alat
bataua kebudayaan bascon – hoabinh adalah penyerpihan pada satu atau dua sisi
permukaan batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali
seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam.
2.
Perkembangan Budaya Bong Son
Pembuatan benda
– benda perunggu di daerah vietnam utara dimulai sekitar tahun 2500 SM dan
dihubungkan dengan tahap – tahap budaya dong dau dan go mun.
Penemuan benda
– benda dari kebudayaan dong son sangat penting karena benda – benda logam yang
ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya bercorak dong son, dan bukan
mendapat pengaruh budaya logam dari india maupun cina.
Dari penemuan
benda – benda budaya dong son itu, diketahui cara pembuatannya dengan
menggunakan cetak lilin hlang yaitu dengan membuat bentuk benda dari lilin.
3.
Perkembangan Budaya Sa Huynh
Budaya sa huynh
di Vietnam bagian selatan di dukung oleh suatu kelompok penduduk yang berbahasa
Austronesia (cham) yang diperkirakan berasal dari daerah – daerah di kepulauan
Indonesia.
Para pakar
arkeologi Vietnam menyatakan bahwa hasil – hasil penemuan benda – benda
arkeologi di duga menjadi bukti cikal bakal budaya ini.
Dari sudut
pandang Indoensia, keberadaan orang – orang cham dekat pusat – pusat penemuan
benda – benda logam di Vietnam Utara pada kahir masa persejarah mempunyai arti
yang amat penting, karena mereka adalah kelompok masyarakat yang menggunakan
bahasa Austronesia dan mempuyai kedekatan kebangsaan dengan masyarakat yang
tinggal di kepulauan Indonesia.
4.
Perkembangan Budaya India
Aperkembangan
zaman logam awal di kepulauan Indonesia bertumpang tindih dengan bukti – bukti
adanya negeri – negeri dagang kecil yang muncul paling awal dalam masa sejarah
dan kerajaan – kerajaan yang mendapatpengaruh budaya india dan yang muncul di
bagian barat daerah ini.
5.
Perkembangan Budaya Logam di Indonesia
Pesatnya
perkembangan tekhnologi perunggu di wilayah Indinesia di ikuti dengan
kemunculan pusat – pusat pembuatan benda – benda dari logam.
a. Tahap Logam
Awal di Sumatra
Pada dataran
pasemah di daerah sumatra selatan banyak ditemukan kubur batu dari tradisi
megalitikum. Bangunan megalitikum persemah sangat menakjubkan dan telah menarik
perhatian sejak tahun 1950-an.
b. Tahap Logam
Awal Di Jawa
Di pulau jawa
terdapat banyak situs – situs peninggalan dari tahap logam awal, terutama dalam
hubungannya dengan kubur peti batu atau sarkofagus.
Situs – situs
jawa lainnya yang menghasilkan benda – benda budaya tahap logam awal terdapat
di daerah lewiliyang dekat bogor jawa barat dan di daerah pejaten sebelah
selatan jakarta.
c. Tahap Logam
Awal Di Bali
Perkembangan
benda – benda logam awal di pulau bali terkait dengan bekal kubur, karena benda
– benda logam ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak pada sarkofagus.
d. Tahap Logam
Awal Di Sumba
Tradisi
penguburan di sumba, nusa tenggara barat pada masa logam awal telah melibatkan
berbagai benda – benda dari logam. Bejana – bejana tembikar berukuran kecil di
tempatkan di dalam atau di sekitar tempayan beserta manik – manik gelang dan
benda – benda logam lainnya sebagai benda bekal kubur yang paling umum.
e. Tahap Logam
Awal Dikepulauan Talaud Dan Maluku Utara
Penguuran di
dalam tempayan berhasil ditemukan oleh para ahli di goa laang kecil baedane
(pulau selebabu dalam kawasan kepulauan talaud).
Sementara itu,
di daerah maluku utara berhasil ditemukan sisa – sisa penguburan dalam tempayan
yang berhasil di gali dari goa uattamdi di pulau kayoa.
f. Tahap Logam
Awal Di Sulawesi
Perkembangan
logam pada tahap awal di daerah sulawesi mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Pada goa – goa di daerah Sulawesi Selatan ditemukan kubur tempayan.
Sementara itu,
di daerah sulawesi tengah juga ditemukan jenis – jenis tempayan kubur. Pada
tempayan – tempayan tersebut banyak ditemukan benda – benda logam sebagai bekal
kubur.
Comments
Post a Comment